• Hubungi Kami
  • (+62) 85 101 487 222 / (+62) 85 102 11 6363 / (+62) 89 657 30 6921

APA BENAR PASANG GENTENG ASPAL DI TORCHING?

02 Juli 2020

AKAL-AKALAN APLIKATOR

PEMASANGAN GENTENG SIRAP ASPAL DI TORCHING

 

                Genteng sirap aspal, atau genteng aspal flat, atau genteng bitumen, kadang juga disebut sirap aspal atau sirap bitumen, merupakan salah satu alternatif atap rumah yang belakangan ini digemari karena tampilannya yang elegan, ringan, aplikasinya cepat, dan tidak butuh banyak perawatan. Namun awam sekali tukang atap (saya sebut roofer) yang berpengalaman dengan produk ini, apalagi konsumennya. Konsumen hanya berharap “TERIMA BERES”, “NO PROBLEM”, tanpa mengetahui atapnya apakah sudah dipasang sesuai dengan prosedur pemasangan dan sesuai rekomendasi prinsipal? Apakah prinsipal akan memberikan sertifikat garansi setelah pemasangan? Untuk memudahkan penyebutan, saya sebut atap ini dengan nama SHINGLES (artinya sirap) sebagai bahasa universalnya.

                Di Indonesia, terdapat beberapa brand shingles yang di impor dari luar negeri, bahkan ada yang sudah didistribusikan lebih dari 20 tahun. Sedangkan di negara asalnya, contohnya GAF, perusahaannya sudah berdiri lebih dari 130 tahun di USA dan membangun pabrik hampir di tiap distriknya. Di Indonesia sendiri, ada pabrik shingles yang beroperasi mulai dari tahun 2012. Mereka membangun bisnis, mendirikan agen-agen, tetapi belum pernah sekalipun secara terbuka melakukan diklat umum ke para roofer. Masing-masing prinsipal memiliki team roofer sendiri atau outsource team yang sudah berpengalaman. Bahkan ada yang “JUAL PUTUS” materialnya. Hal ini berdampak, para aplikator, termasuk roofer, mencari cara untuk menjual produk shingles ini, karena permintaan kliennya, semurah mungkin, tetapi hasilnya aman...untuk sementara. Tidak peduli, garansinya ditanggung prinsipal atau tidak. Salah satu tehnik pemasangan yang “efektif” menurut roofer adalah SISTEM TORCHING. Apa itu? Sistem torching adalah sistem dimana merekatkan permukaan bawah shingles atau mengganti underlayer shingles dengan membrane waterproof bakar, direkatkan ke media datar dan atap dengan cara dibakar. Underlayer sendiri adalah lembaran kertas mengandung aspal dan fiber reinforced yang fungsinya menyerap kelembaban media datar. Beberapa pertimbangan roofer memutuskan untuk pemasangan dengan torching :

  • Tidak membutuhkan paku, karena paku dianggap sebagai biang kebocoran
  • Media datar shingles bisa diturunkan spesifikasinya yang lebih tipis
  • Dipercaya dengan sistem torching, shingles akan lebih merekat penuh keseluruhan
  • Secara hitungan estimasi biaya lebih murah, beberapa asesoris standar shingles dihilangkan

Alasan-alasan tersebut secara logika, masuk akal, tetapi apakah cara ini dibenarkan? Adakah prinsipal shingles yang masuk ke Indonesia secara resmi memberi pernyataan tehnik ini “sah”? Saya membuka dan membaca sebagian besar situs-situs resmi tiap merk shingles terutama yang didistribusikan di Indonesia, membuka youtube atau search engine lain dengan kata-kata kunci mencari kejelasan tehnik ini dibenarkan atau tidak, kenyataannya tehnik ini tidak ada statement resmi dari prinsipal manapun bahwa torching adalah salah satu tehnik pemasangan, jika dibenarkan, mengapa pabrik tidak membuat youtube resmi shingles di torching? Atau mengeluarkan asesoris seperti membrane bakar? Yang ada, malah asesoris resminya ditiadakan oleh membrane. Saya pernah melihat di lapangan, ada membrane bakar menggunakan packing brand shingles, saya cari di website resminya, produk tersebut tidak saya temukan. Apakah ini akal-akalan importir agar klien percaya? Penipuan konsumen? Mencetak packaging kan murah. Ada pabrik shingles yang juga memproduksi membrane bakar, divisi yang berbeda, tetapi tidak ada statement resmi bahwa membrane bakar yang diproduksi merupakan salah satu asesoris resmi shingles yang mereka produksi. Malah beberapa roofer yang saya baca di blognya, sistem ini dalam pelaksanaannya akan banyak menemui masalah, tidak aman, hati kecilnya tidak tenang karena tidak yakin ini akan bertahan lama. Mengapa? Dimana letak masalahnya?  Konsumen harus baca dan pahami ini, saya akan jabarkan dampak sistem torching :

  1. Tidak butuh paku? Sistem nailing atau dipaku, tidak hanya berfungsi untuk mengunci shingles antara lembar satu dengan lembar lainnya, tetapi memastikan tidak banyak bergerak atau terlepas dari media datarnya, yakni multiplek. Jika menggunakan paku, media datar tersebut minimal ketebalannya 9 mm, jika lebih tipis dari ini, daya cengkeram paku akan sangat lemah. Jika desain atapnya landai, kemungkinan besar shingles akan tidak bergeser, kecuali ada angin kencang, tetapi jika desain atapnya ada kemiringan? Kemiringan yang memungkinkan atap ini bergerak melorot, baik karena beban sendiri maupun terpaan angin. Jika selembar atap (misalnya no.1) ditorching pada lembar atap diatasnya (misal no.2), begitu terus torching ke lembar atasnya (no.3, no.3 ke no.4), begitu seterusnya. Atap yang paling atas akan paling berat bebannya, Kekuatan daya rekat torching apa bisa dijamin lebih kuat dari beban shingles-shingles tersebut. Jikapun kuat, mungkin shingles nya yang tidak kuat, kemungkinan sobek di titik terlemah. Dan selanjutnya bagian atap dibawah sobekan tersebut akan melorot keseluruhan, bahkan menyobek bagian-bagian lainnya. Jadi, apakah ada toleransi untuk desain atap landai “sah” di torching? Untuk kasus “tidak butuh paku”, boleh dikatakan begitu.
  2. Media datar shingles bisa lebih tipis? Karena tanpa paku, multiplek ditipiskan dari standar 9 mm, mungkin menjadi 6 mm. Kadang ukuran 6 mm “banci”. Apa yang terjadi? Ternyata timbul problem baru, media datar tersebut melendut karena jarak rangka yang biasa aman untuk 9 mm karena beban sendiri. Jika rangka dirapatkan lagi, tambah boros. Lebih baik menambah ketebalan multiplek daripada merapatkan rangka. Berapa jarak rangka ideal? Multiplek 9 mm adalah 30,5 cm jarak rangka ideal. Jika desain atap kemiringannya diatas 35º, jarak rangka bisa 40,6 cm, bahkan jika diatas 45º bisa dengan jarak 61 cm. Inipun tergantung kualitas multiplek dan jenis kayunya. Apa kita mau lebih rapat lagi dari 30,5 cm karena mengganti multipleknya menjadi 6 mm? Saya yakin aplikator akan tetap pasang multiplek tipisnya dangan jarak rangka standar 9 mm untuk keuntungan lebih. Bagian yang melendut, tentu akan ada perbedaan level shingles, akan menjadi potensi air masuk melalui celah pertemuan multiplek tersebut sehingga menyebabkan kebocoran. Jika aplikator menambah jumlah rangka, misalnya menjadi 20 cm, apakah “sah” ditorching? Selama media datar tersebut tidak menjadi “media lendut”, boleh dianggap aman.
  3. Torching merekatkan seluruh permukaan shingles? Ada sebuah teori, bahkan ini pernah menjadi statement merk atap lokal bahwa permukaan bagian shingles yang lengket seluruhnya jauh lebih berkualitas dibanding sepotong-sepotong. Pabrik-pabrik shingles, yang sudah berpengalaman lebih dari 100 tahun, punya team R & D yang terus melakukan riset. Pasti mereka sudah memikirkan hal yang sesimpel ini. Namun mengapa tidak dilakukan? Permukaan yang merekat seluruhnya, ternyata memberikan dampak fatal. Uap air, baik dari kelembaban multiplek maupun lingkungan, akan terperangkap jika tidak ada sirkulasi. Yang ada makin lama akan semakin mendesak shingles untuk mencari jalan keluar. Jika tidak diarahkan, bahkan ditutup semua, shingles akan menggelembung, bergelombang, bahkan bocor. Begitu juga shingles yang di torching, permukaan shingles sengaja dibakar hingga sedikit meleleh untuk direkatkan. Roofer tidak bisa memastikan akan ada sirkulasi untuk uap air tersebut. Dampaknya lama-lama akan seperti saya urai diatas.
  4. Human error tinggi. Roofer harus menyiapkan alat-alat torching yang lebih ribet, yakni heating torch, selang gas, LPG (harusnya pakai yang 15 kg, karena yang 3 kg hanya untuk subsidi), pemadam kebakaran,kapi, dan roller. Belum alat-alat potong, alat ukur, benangan, dll. Selain resiko kebakaran, bekerja dengan peralatan ini akan lebih sulit di sebuah bidang miring dan kondisi terik. Pekerjaan ini hanya mengandalkan “feeling”, tidak akan mungkin dicek satu-satu tiap lembar shingles oleh pengawas proyek, hanya waktu retensi sebagai batas bahwa atap sudah dianggap pemasangannya benar atau bebas masalah. Ada beberapa negara yang sedang membuat Undang-Undang baru untuk melarang sistem torching karena perhitungan investasinya tidak sesuai dengan resikonya. Banyak kejadian kebakaran besar terjadi akibat kecerobohan pekerjaan ini. Negara kita masih jauh untuk memikirkan ini. Yakin aplikator anda membawa alat pemadam? 
  5. Jika proses torching terlalu lama, kualitas shingles akan menurun, karena fiber di dalamnya retak dan rusak, terlalu tipis karena terbakar, atau meleleh sehigga aspalnya menetes, menembus celah multiplek. Bisa saja mengotori plafon hingga bernoda, bahkan mengotori lantai dalam rumah. Belum lagi kerusakan tersebut menimbulkan masalah atapnya bocor. Jika shingles didesain untuk di torching, ketebalannya setidaknya menyamai membrane bakar. 
  6. Jenis media datar yang disarankan untuk shingles adalah multiplek atau OSB (Oriented Strand Board), karena ada daya cengkeram baik dengan paku. Karena paku ditiadakan, media datar inipun sering di turunkan spesifikasinya dengan cementboard. Karena cementboard juga lebih tahan terhadap api torching. Ada roofer yang tidak langsung torching antara shingles, tetapi menggunakan underlayer membrane bakar. Membrane bakar sendiri merupakan produk waterproof, tetapi disini difungsikan sebagai underlayer yang memediasi merekatkan shingles ke media datar sekaligus double proteksi waterproof. Tujuan lainnya adalah agar shingles tidak mudah melorot, karena membrane juga direkatkan sempurna ke media datar. Secara logika, masuk akal dan aman.  Namun tidak ada yang pernah melakukan riset, apakah membrane tersebut mampu menahan beban atap karena membrane tersebut dalam fungsi aslinya tidak ada beban lagi diatasnya (jenis granule) atau di screed beton lagi secara merata untuk perlindungan dari cuaca. Itulah beberapa kasus shingles yang ditorching, melorot bersama membranenya yang lepas dari media datar karena permukaan bidang atapnya luas. Berarti, jika luasan atap kecil aman? 

Memang, ada harga, ada kualitas. Itu sebabnya shingles menggaransi produknya bertahan hingga lebih dari 20 tahun, bahkan ada tipe yang LIFETIME. Jika aplikasinya tidak sesuai SOP prinsipal, tentu garansi akan tidak berlaku. Jika ada prinsipal nasional tetap mengeluarkan garansi, walaupun secara resmi, hal ini tidak pernah dibenarkan, berarti orientasinya sudah jelas.. Mau bersaing dengan kompetitor, permintaan klien, barangnya banyak terjual, urusan masalah belakangan. Mungkin proses ini sudah pernah anda lakukan, sudah terlanjur, syukurnya tidak ada masalah, masih aman, setelah membaca ini, kedepannya anda harus lebih bijak memutuskan sesuatu, apalagi anda bagian dari perencana, arsitek, dapat komisi pula?! Kami Masonry, yang sudah mendistribusikan GAF lebih dari 10 tahun, tidak pernah mengaplikasi shingles 1m²pun dengan cara torching. Kami hanya akan melakukan aplikasi ini jika prinsipal sudah ada pernyataan resmi tehnik ini aman dan digaransi. Lebih baik kami menolak pekerjaan tersebut jika klien memaksa atau klien bersedia menandatangani form bahwa jika terjadi masalah akibat aplikasi ini, merupakan tanggung jawab klien sendiri. Kami menjual bukan apa yang klien mau, tetapi apa yang klien butuhkan. GAF memiliki asesoris self adhesive pabrikan, yakni Weatherwatch dan Stormgard, tidak butuh produk membrane bakar lagi. Jika ada shingles GAF di torching di daerah lain (di luar area kedistributoran kami) oleh agennya sendiri, untuk apa asesoris originalnya? itu sudah menjadi wewenang dan kebijakan agen GAF lain.